topbella

Sabtu, 08 Mei 2010

METODE FORENSIK

Setidaknya ada empat macam metode menggelar forensik. Mari kita intip satu per satu.

Concealment
Metode ini menitikberatkan pada penelusuran dokumen. Kita bukan memeriksa orang loh. Kita sebagian besar menelusuri dokumen, terang Yunus.

Akuntan harus jeli dengan memperhatikan mata rantai dokumen ini. Siapakah yang berwenang mengeluarkan dokumen ini -misalnya memo atau bukti transaksi lainnya? Dokumen yang satu akan bersambut ke dokumen lainnya. Misalnya perintah untuk pengadaan barang, tentu akan muncul kuitansi pembelian. Nah, dapatkah dokumen tersebut dihubungkan dengan sumber lainnya? Termasuk kartu nama. Kita bisa lihat jabatannya apa, jelas Ratih.

Cuma, seringkali pengadilan mempersoalkan dokumen kopian versus dokumen asli (origin). Ratih menerangkan, dokumen kopian bisa saja digunakan karena beberapa sebab. Pertama, dokumen asli hilang. Kedua, lantaran dikuasai oleh pihak lawan atau di luar yurisdiksi. Ketiga, karena terlalu tebal sehingga perlu dirangkum. Dan keempat, dokumen tersebut tersimpan oleh kantor pemerintah (public office).

Yunus tak mempermasalahkan jika dokumen berupa berkas (file) dalam peranti lunak komputer atau surat elektronik (e-mail). Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sudah membolehkan jenis bukti seperti itu. Anda jangan bicara KUHAP.

Conversion
PPATK hapal betul dengan cara ini. Dengan metode ini, akuntan mengumpulkan rekam jejak si tersangka fraud di mata publik (public record). Sumber informasi bisa juga berupa informasi online.  Termasuk, sumber dari pemberitaan di media.

Untuk menganalisisnya, seringkali digunakan metode nilai kelayakan bersih (net worth). Metode ini memperhitungkan seberapa besar aset seseorang. Aset dikurangi sejumlah utang sama dengan net worth. Net worth ditambah biaya hidup sama dengan penghasilan (income). Jika income terlalu besar daripada gajinya, berarti ada tengara pendapatan ilegal. Lain kata, kita gunakan life style method. Penghasilannya kecil, tapi gaya hidupnya kok mewah. Kebanyakan tersangka korupsi terjerat lewat cara ini, sambung Yunus.

Inquiry
Jika bukti dokumen dirasa kurang cukup, seorang akuntan bisa melakukan wawancara. Bahasa sangarnya, interogasi. Itu masalah teknis saja. Bagaimana si auditor memperoleh informasi, komentar Bambang Riyanto, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Cara ini dinilai masih berciri pendekatan kewenangan. Direktorat Jenderal Pajak mengakuinya. Pasukan kami memang berwenang dan dijamin oleh Undang-Undang untuk mewawancarai pihak yang terkait, ujar Direktur Intelejen dan Penyidikan Mochamad Tjiptardjo.

Ada dua model wawancara. Pertama, free form. Si narasumber dengan bebas tanpa selaan interupsi boleh mengungkapkan keterangan dan informasi. Cuma, kebanyakan narasumber akan membatasi jawabannya, yang umum-umum saja alias tidak detil. Kedua, tanya-jawab. Dengan format ini, bola berada di tangan interogator. Si penanya dapat mengarahkan alur wawancara seperti yang dia harapkan. Selain interview, jika dimungkinkan, kita bahkan dapat menggelar uji kebohongan.

Bagi Ratih, metode ini ada kelemahannya. Manusia punya emosi dan kondisi psikologis, tak seperti dokumen. Dokumen memang 'berbunyi' begitu adanya. Tapi manusia bisa saja tegang, gugup, atau lupa sehingga memberikan keterangan yang berbeda dari waktu ke waktu. Karena itulah, Bambang berpendapat, meski dapat menggelar wawancara, seorang auditor tetap harus berpijak pada dokumen yang ada.

Theft
Cara ini masih berbau konvensional alias pendekatan kekuasaan. Misalnya, dengan membuntuti orang yang dicurigai melakukan kecurangan. Atau mengawasi tersangka 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Lain kata, pengawasan melekat. Bisa juga dengan menyita komputer dan menggeledah data yang ada di dalamnya.

0 komentar:

Foto Saya
QUEEN VIDYA
Blog ini berisi kumpulan repost dari situs lain yang menurutku unik, menarik, n bermanfaat, semoga kalian suka...
Lihat profil lengkapku